top of page

Suka Begadang? Hati-hati Asam Lambung Bisa Naik!

Begadang bisa bikin asam lambung

Sobat Segitiga Merah sering begadang demi mengejar deadline, nonton drama Korea, atau sekadar main HP hingga lewat tengah malam? Meski terdengar sepele, kebiasaan begadang ternyata dapat berdampak cukup serius bagi kesehatan, terutama pada sistem pencernaan.


Di tengah kehidupan modern yang serba sibuk seperti sekarang, semakin banyak orang mengabaikan pentingnya tidur yang cukup dan berkualitas. Sebuah survei menyatakan bahwa gangguan tidur dialami oleh sekitar 28 juta individual, atau 10% dari total populasi. Seiring dengan meningkatnya jumlah orang yang kurang tidur, semakin banyak pula laporan keluhan seputar gangguan pencernaan pada pagi hari seperti mual, perut perih, atau dada terasa panas. Penyebab dari munculnya keluhan ini adalah naiknya produksi asam lambung. Jika hal ini berlangsung terus-menerus, maka bisa terjadi gangguan saluran cerna yang lebih serius, seperti gastroesophageal reflux diseaseĀ (GERD).Ā 


Asam lambung sebetulnya diproduksi untuk membantu tubuh mencerna makanan. Dalam kondisi normal, tubuh memproduksinya dalam jumlah yang cukup, dan sekalipun sifatnya sangat asam, cairan ini tidak akan menyebabkan kerusakan pada lambung karena lambung memiliki lapisan pelindung yang tahan asam. Namun ketika terdapat kondisi yang tidak normal seperti produksi asam lambung yang meningkat, atau masalah pada otot yang membatasi rongga kerongkongan dan lambung, maka asam lambung dapat naik ke kerongkongan dan menyebabkan berbagai keluhan seperti nyeri di ulu hati, dada terasa panas seperti terbakar, atau mual, seperti yang terjadi pada penyakit GERD.Ā 


Apa kaitannya dengan begadang?


Gangguan tidur dan GERD memiliki interaksi dua arah yang saling memengaruhi (Tan et al., 2024). Orang dengan GERD umumnya mengeluhkan gejala yang membuat tidur mereka terganggu. Sebaliknya, gangguan tidur pun dapat memicu atau memperburuk gejala GERD melalui berbagai cara. Kurang tidur karena kebiasaan begadang dapat mengganggu ritme sirkadian yang berdampak pada turunnya produksi melatonin. Hal ini lebih lanjut dapat meningkatkan risiko berbagai gangguan kesehatan, baik fisik maupun mental (contoh: kecemasan, depresi). Terganggunya ritme sirkadian juga bisa menyebabkan kerja otot katup antara lambung dan kerongkongan (lower esophageal sphincter) melemah dan tidak menutup sempurna, sehingga memungkinkan asam lambung naik ke kerongkongan. Studi oleh Yamasaki et al. (2019)Ā menyebutkan bahwa kurang tidur berkaitan dengan meningkatnya kejadian refluks, bahkan pada individu tanpa riwayat GERD sebelumnya.Ā 


Lebih jauh lagi, tak jarang kebiasaan begadang juga disertai dengan kebiasaan lain yang makin memperburuk kondisi saluran cerna, seperti makan larut malam, ngemil sambil rebahan, atau langsung tidur setelah makan. Padahal, idealnya makan terakhir diberi jeda setidaknya 2-3 jam sebelum tidur agar lambung memiliki waktu untuk mencerna makanan secara optimal dan meminimalisasi peluang terjadinya refluks.


GERD merupakan suatu kondisi yang berpotensi kronis dan berdampak signifikan terhadap kualitas hidup penderitanya. Kabar baiknya, kondisi ini dapat dikendalikan dengan menerapkan gaya hidup yang sehat disertai dengan pengobatan yang tepat. Gaya hidup sehat yang mendukung kesehatan saluran cerna di antaranya: mengatur pola makan yang baik, tidur cukup dan berkualitas, menjaga berat badan ideal, tidak merokok, dan rutin berolahraga.


Bila keluhan tetap dirasakan sekalipun sudah menerapkan cara-cara di atas, maka Sobat Segitiga Merah bisa berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Dokter mungkin akan meresepkan obat-obatan untuk menurunkan kadar asam lambung dan melindungi dinding saluran cerna, seperti antasida, sucralfate, obat dari golongan proton pump inhibitor (PPI) seperti omeprazole, esomeprazole, dan pantoprazole, atau dari golongan histamineĀ 2-receptor antagonistĀ seperti ranitidine. Obat-obatan ini membantu meredakan gejala serta mencegah iritasi lebih lanjut pada lambung dan kerongkongan. Dengan pengelolaan yang tepat, gejala GERD dapat berkurang dan kualitas hidup pun kembali membaik.


Nah, Sobat Segitiga Merah, sekarang tahu kan kalau begadang nggak cuma bikin ngantuk, lemas, dan nggakĀ produktif, tapi juga bisa memicu masalah asam lambung? Yuk, kita jaga kesehatan tubuh, khususnya saluran cerna, dengan mulai mengusahakan tidur yang cukup dan berkualitas!


Referensi:


  1. Tan X, et al. Bidirectional correlation between gastroesophageal reflux disease and sleep problems: a systematic review and metaanalysis. PeerJ 2024;12:e17202.

  2. Yamasaki T, et al. The effect of sleep deficiency on esophageal acid exposure of healthy controls and patients with gastroesophageal reflux disease. Neurogastroenterology & Motility 2019;00:e13705.

  3. Makmun D, et al. Konsensus Nasional Penatalaksanaan Penyakit Refluks Gastroesofageal (Gastroesophageal Reflux Disease/GERD) di Indonesia (Revisi 2022). Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI). 2022.

  4. Azer SA, et al. Gastroesophageal Reflux Disease (GERD). Diakses melalui: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK554462/Ā 

  5. Katz PO, et al. ACG Clinical Guideline: Guidelines for the Diagnosis and Management of Gastroesophageal Reflux Disease. Am J Gastroenterol 2022;117(1):27-56. DOI: 10.14309/ajg.0000000000001538

  6. Rahayu N, Sari A. Karakteristik gangguan tidur pada usia produktif dan usia pertengahan di Kota Surakarta. Jurnal Keperawatan GSH. 2022;11(2):91–100. Available from: https://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?article=3029872&val=27441




bottom of page