top of page

Kopi dan Rokok Bisa Picu Masalah Lambung, Mitos atau Fakta?

Kopi dan rokok dikenal sebagai pemicu umum naiknya asam lambung. Kombinasi keduanya dapat memperburuk gejala GERD jika dikonsumsi secara berlebihan

Halo, Sobat Segitiga Merah! Pernah nggak, punya pengalaman asam lambung yang bandel naik terus? Jangan-jangan ada Sobat Segitiga Merah yang masih punya kebiasaan minum kopi dan merokok, ya? Sebenarnya, kopi dan merokok dapat memicu naiknya produksi asam lambung itu mitos atau fakta, sih?

Seperti kita tahu, masalah asam lambung, termasuk salah satunya gastroesophageal reflux disease (GERD), menjadi salah satu penyakit sistem pencernaan yang kerap mengganggu banyak orang. Penyakit ini sering dianggap sepele, padahal jika tidak ditangani dengan baik, GERD dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup dan menyebabkan komplikasi hingga meningkatkan risiko kematian.


Kaitan rokok dan masalah asam lambung


Aktivitas merokok sejak lama dikaitkan dengan masalah kesehatan tertentu, mayoritas berhubungan dengan masalah saluran pernapasan dan penyakit kardiovaskular. Akan tetapi, sebenarnya merokok juga dapat menyebabkan masalah lain, seperti masalah asam lambung yaitu GERD. Belum banyak yang tahu kalau merokok dapat menyebabkan masalah asam lambung seperti GERD dan berbagai gangguan saluran pencernaan lainnya.


Buat Sobat Segitiga Merah yang masih punya kebiasaan merokok, sebaiknya segera dihentikan, sebab potensi efek merokok terhadap masalah lambung cukup mengejutkan, di antaranya:


  • Merokok dapat mengurangi tekanan sfingter esofagus bagian bawah atau lower esophageal sphincter (LES). LES adalah otot cincin antara esofagus dan lambung, yang berfungsi untuk menahan isi dan cairan asam lambung agar tidak kembali naik ke esofagus. Ketika tekanan LES berkurang, isi dan cairan asam lambung dapat lebih mudah naik ke esofagus dan menyebabkan sensasi panas di ulu hati (heartburn).

  • Merokok diketahui dapat mengurangi jumlah bicarbonate yang ada dalam air liur. Padahal senyawa ini sangat diandalkan sebagai senyawa penetral asam di saluran cerna bagian atas.

  • Merokok dapat meningkatkan risiko terjadinya peradangan di dalam tubuh kita. Dokter telah menghubungkan peradangan dengan risiko lebih besar untuk mengalami GERD serta Barrett’s esophagus, suatu kondisi yang dapat menyebabkan kanker esofagus.


Lalu, bagaimana dengan vape atau rokok elektrik? Menurut sebuah penelitian yang berjudul “The association between electronic cigarette smoking and gastroesophageal reflux disease: a population-based study” yang dilakukan di Indonesia, terdapat korelasi positif antara kebiasaan vaping dan regurgitasi, tetapi berkorelasi negatif dengan GERD. Walaupun demikian, penelitian mengenai dampak buruk vape sedang gencar sekali dilakukan. Beberapa hasilnya menunjukkan dampak vape yang buruk bagi kesehatan, jadi Sobat Segitiga Merah jangan keliru mengira vape sebagai alternatif yang lebih baik daripada rokok tembakau, ya!


Hubungan minum kopi dan masalah asam lambung


Hubungan antara minum kopi dengan masalah asam lambung, seperti GERD, memang belum jelas. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa sebagian penderita GERD tetap aman minum kopi dengan takaran tertentu.


Namun, tidak sedikit penderita GERD yang memang harus menghindari kopi. Kandungan kafein di dalam kopi diduga menjadi masalah karena memicu asam lambung.


Kafein dalam kopi berpotensi merangsang peningkatan sekresi asam lambung, sehingga lebih mungkin naik ke kerongkongan. Hal ini mengakibatkan peningkatan gejala refluks asam.


Semakin banyak kopi yang diminum, semakin parah gejala yang dapat dialami. Minuman berkafein lainnya, seperti soda atau teh berkafein, juga dapat memiliki efek serupa.


Dalam sebuah studi pada tahun 2020 yang berjudul “Association between beverage intake and incidence of gastroesophageal reflux symptoms” mengonfirmasi bahwa asupan minuman berkafein dikaitkan dengan peningkatan gejala refluks lebih tinggi jika dibandingkan dengan minuman lain.


Perlunya perubahan gaya hidup


Seperti yang sudah dipaparkan di atas, ternyata kebiasaan merokok dan kopi memang bisa memicu masalah asam lambung, maka diperlukan perubahan gaya hidup jika Sobat Segitiga Merah mau terhindar dari masalah asam lambung.


Bagi Sobat Segitiga Merah yang masih aktif merokok, yuk kita hentikan kebiasaan ini agar terhindar dari penyakit-penyakit yang mengintai di balik kebiasaan merokok! Sobat Segitiga Merah dapat meminta bantuan tenaga profesional jika masih sulit menghentikan kebiasaan merokok.


Tentang kebiasaan minum kopi, karena respons kopi yang individual pada satu orang dengan lainnya, maka jika Sobat Segitiga Merah merasakan keluhan yang tidak nyaman di lambung setiap kali minum kopi, maka bisa jadi perlu memodifikasi kebiasaan ini.


Bagi Sobat Segitiga Merah yang sudah mengalami masalah asam lambung, terutama GERD, dan tidak membaik dengan modifikasi gaya hidup, Sobat Segitiga Merah dapat berkonsultasi dengan dokter untuk memperoleh terapi yang sesuai. Dokter umumnya akan memberikan obat dari golongan proton pump inhibitor (PPI) seperti Esomeprazole, Omeprazole, dan Pantoprazole, atau dari golongan histamine-2 receptor antagonist (H2RA) seperti Ranitidine, maupun pemberian Sucralfate.


Bagaimana, Sobat Segitiga Merah, sekarang sudah tahu kan, alasan kenapa kopi dan rokok bisa memicu masalah lambung? Jika mengalami masalah lambung, pastikan mendapatkan pengobatan yang tepat dan konsisten menerapkan gaya hidup sehat, ya! Sampai ketemu di artikel berikutnya bareng Sobat Segitiga Merah, teman setia info obat generik berkualitas!


Referensi:


Healthline. The Effect of Smoking on GERD and Acid Reflux. Dapat diakses melalui: https://www.healthline.com/health/gerd-acid-reflux/smoking-and-gerd

Medical News Today. Can smoking cause stomach pain? Digestive issues and more. Dapat diakses melalui: https://www.medicalnewstoday.com/articles/can-smoking-cause-stomach-pain#smoking-and-the-digestive-system

Mehta RS, Al-Bayati Z, Almahraj S, Nguyen LH, Elmunzer BJ, Willett WC, et al. Association between beverage intake and incidence of gastroesophageal reflux symptoms. Clin Gastroenterol Hepatol. 2020;18(10):2226–2233.e4.

Zein, Ahmad Fariz Malvi Zamzam MD1; Sulistiyana, Catur Setiya MD1; Abdullah, Murdani MD, PhD, FACG2. The Association Between Electronic Cigarette Smoking and Gastroesophageal Reflux Disease: A Population-Based Study: 412. American Journal of Gastroenterology 113():p S243, October 2018.\

Makmun D, et al. Konsensus Nasional Penatalaksanaan Penyakit Refluks Gastroesofageal (Gastroesophageal Reflux Disease/GERD) di Indonesia (Revisi 2022). Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI). 2022.

Katz PO, et al. ACG Clinical Guideline: Guidelines for the Diagnosis and Management of Gastroesophageal Reflux Disease. Am J Gastroenterol 2022;117(1):27-56. DOI: 10.14309/ajg.0000000000001538




bottom of page