top of page

Asam Lambung Sering Naik? Kenali Penyebab dan Cara Mengatasinya!


Pria memegang perut bagian atas karena nyeri akibat asam lambung naik atau GERD

Halo, Sobat Segitiga Merah! Pernah bingung nggak sih, kenapa asam lambung bisa naik sampai kerongkongan? Bahkan bisa bikin sensasi terbakar di dada dan menyebabkan rasa tidak nyaman yang mengganggu aktivitas sehari-hari. Jika Sobat Segitiga Merah pernah mengalami gejala ini, mungkin saja Sobat Segitiga Merah terkena penyakit refluks gastroesofageal atau gastroesophageal reflux disease (GERD). Yuk, kita bahas bareng-bareng penyebab dan cara mengatasinya!  GERD menjadi salah satu penyakit sistem pencernaan yang kerap menghantui banyak orang. Data menyebutkan bahwa prevalensi kasus GERD saat ini sedang meningkat secara global, yaitu sebesar 13,98%. Penyakit ini sering dianggap sepele, padahal jika tidak ditangani dengan baik, GERD dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup dan menyebabkan komplikasi hingga meningkatkan risiko kematian.

Apa itu GERD?


GERD merupakan kondisi yang terjadi ketika isi lambung naik atau mengalami aliran balik (refluks) ke dalam esofagus atau kerongkongan, yaitu saluran yang menghubungkan lambung ke mulut. Kondisi ini dapat menyebabkan nyeri ulu hati dan gejala lainnya. GERD dapat terjadi akibat adanya gangguan pada otot cincin antara esofagus dan lambung. Cincin ini disebut sfingter esofagus bagian bawah atau lower esophageal sphincter (LES). 


Penyebab GERD


Istilah gastroesophageal mengacu pada lambung dan esofagus. Refluks berarti mengalir kembali. Dalam sistem pencernaan yang normal, LES terbuka untuk memungkinkan makanan masuk dari kerongkongan ke dalam lambung. Kemudian, LES menutup untuk menghentikan makanan dan cairan asam lambung mengalir kembali ke arah esofagus. Gastroesophageal reflux disease terjadi saat otot LES melemah. Hal ini menyebabkan isi lambung dapat mengalir kembali ke dalam esofagus.


Terdapat beberapa faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami GERD, di antaranya:


  • Gangguan mekanik pada esophagogastric junction (EGJ) seperti hernia hiatal

  • Kelebihan berat badan atau obesitas

  • Gangguan transient lower esophageal sphincter relaxation (TLESR)

  • Merokok

  • Faktor psikologis

  • Kehamilan

  • Pengosongan lambung yang tertunda (gastroparesis)

  • Penyakit jaringan ikat seperti artritis reumatoid, skleroderma, atau lupus


Makanan dan minuman juga menjadi salah satu faktor risiko. Walaupun tidak sepenuhnya dapat disalahkan sebagai penyebab GERD, tetapi beberapa jenis bahan makanan atau minuman yang mengandung cokelat, kopi, alkohol, minuman bersoda, sampai makanan pedas dan asam dapat memicu efek relaksasi pada LES khususnya jika dikonsumsi secara berlebihan.


Makanan tinggi lemak juga dapat meningkatkan produksi asam lambung karena membutuhkan waktu lebih lama untuk dicerna. Semakin lama makanan tinggi lemak berada di dalam perut, semakin banyak pula asam lambung yang diperlukan untuk mencerna makanan tersebut dan akhirnya dapat meningkatkan risiko terjadinya refluks ke arah esofagus.


Selain faktor-faktor di atas, kebiasaan makan malam yang terlalu larut juga dapat meningkatkan risiko GERD, makanan tersebut mungkin tidak punya waktu yang cukup untuk dicerna oleh lambung sebelum tidur.


Gejala GERD


GERD dapat menyebabkan berbagai gejala, antara lain:


  1. Sensasi panas di ulu hati

    Gejala GERD yang paling umum adalah sensasi panas di ulu hati atau biasa disebut heartburn. Biasanya sensasi ini dirasakan mulai dari bagian belakang tulang dada dan bergerak ke atas ke leher serta kerongkongan. Banyak orang mengatakan rasanya seperti makanan bergerak kembali ke mulut, meninggalkan rasa asam atau pahit (regurgitasi). Gejala ini sering kali terasa lebih parah setelah makan. Heartburn juga kerap dipersepsikan sebagai nyeri dada yang mirip dengan serangan jantung. Tentu untuk membedakan keduanya perlu dilakukan pemeriksaan menyeluruh oleh tenaga kesehatan.


  2. Batuk

    Asam lambung berlebih di kerongkongan dan tenggorokan dapat menyebabkan batuk. Selain itu, penderita GERD juga dapat mengalami gejala mengi, suara serak, dan rasa sesak di dada.


  3. Gejala lainnya

    Selain beberapa gejala di atas, penderita GERD juga mungkin mengalami gejala lainnya seperti mual, bau mulut, kesulitan bernapas, kesulitan menelan, muntah, enamel gigi terkikis, dan benjolan di tenggorokan.


Gejala GERD yang timbul pada malam hari juga dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup pasien, seperti gangguan tidur dan penurunan produktivitas kerja, yang dapat berdampak pula pada kesehatan mental seperti timbul kecemasan (anxiety) maupun depresi.


Cara Mengatasi GERD atau Asam Lambung


Dalam membantu menangani gejala GERD, Sobat Segitiga Merah dapat melakukan modifikasi gaya hidup. Modifikasi yang dapat dilakukan seperti menghindari makanan dan minuman yang dapat memicu GERD, mengatur porsi makan yang lebih sedikit tiap sajiannya, makan secara perlahan, kunyah makanan dengan benar.


Selain itu, menghindari konsumsi makanan dalam 3 jam sebelum tidur, berhenti merokok, meninggikan posisi kepala pada saat tidur, dan manajemen berat badan untuk mencapai berat badan ideal adalah modifikasi yang dapat dilakukan. 


Namun, jika modifikasi gaya hidup belum bisa membantu mengendalikan gejala GERD secara signifikan, maka Sobat Segitiga Merah dapat berkonsultasi ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Beberapa terapi obat yang umumnya akan diresepkan oleh dokter untuk penanganan terapi GERD antara lain:


  1. Proton Pump Inhibitors (PPI)

    Penghambat pompa proton atau proton pump inhibitors (PPI) merupakan lini pertama tata laksana GERD. PPI, salah satu contohnya Esomeprazole, diketahui dapat meningkatkan durasi penekanan produksi asam lambung, sehingga dapat menurunkan gejala dari GERD, khususnya heartburn, serta menurunkan angka kekambuhan. PPI dapat mempercepat penyembuhan dalam waktu yang relatif lebih singkat dibandingkan dengan golongan antagonis reseptor histamine-2 (H2RA). Contoh lainnya obat golongan PPI adalah Omeprazole, Lansoprazole, dan Pantoprazole.


  2. Histamine-2 Receptor Antagonist (H2RA)

    Antagonis reseptor histamine-2 (H2RA) merupakan obat yang digunakan untuk mengurangi produksi asam lambung dan dapat digunakan dalam tata laksana terapi GERD, tukak lambung, dan kondisi lain yang berkaitan dengan kelebihan asam lambung. Obat ini bekerja dengan cara menghambat reseptor histamine-2 yang berada di sel parietal lambung, yang bertanggung jawab untuk menghasilkan asam sehingga dapat mengurangi produksi asam lambung. Contoh obat yang masuk ke dalam golongan H2RA adalah Cimetidine, Ranitidine, dan Famotidine.


  3. Sucralfate

    Sucralfate merupakan obat yang digunakan untuk mengatasi tukak lambung, ulkus duodenum, dan gastritis kronis. Obat ini bekerja dengan membentuk lapisan pelindung seperti gel di atas selaput lendir (mukosa) kerongkongan dan lambung agar terlindung dari efek korosif asam lambung. Sucralfate merupakan lini terapi pertama pada ibu hamil yang mengalami GERD.


Bagaimana nih, Sobat Segitiga Merah? Sekarang sudah tahu kan, kenapa asam lambung bisa naik bahkan sampai ke pangkal kerongkongan? Pastikan Sobat Segitiga Merah menerapkan gaya hidup sehat dan menghindari berbagai pencetusnya, ya! Sampai ketemu di artikel berikutnya bareng Sobat Sobat Segitiga Merah, teman setia info obat generik berkualitas!


Referensi:


  1. Nirwan JS, et al. Global Prevalence and Risk Factors of Gastro-oesophageal Reflux Disease (GORD): Systematic Review with Meta-analysis. Scientific Reports 2020;10:5814. DOI: https://doi.org/10.1038/s41598-020-62795-1 

  2. Makmun D, et al. Konsensus Nasional Penatalaksanaan Penyakit Refluks Gastroesofageal (Gastroesophageal Reflux Disease/GERD) di Indonesia (Revisi 2022). Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI). 2022.

  3. Azer SA, et al. Gastroesophageal Reflux Disease (GERD). Diakses melalui: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK554462/ 

  4. Katz PO, et al. ACG Clinical Guideline: Guidelines for the Diagnosis and Management of Gastroesophageal Reflux Disease. Am J Gastroenterol 2022;117(1):27-56. DOI: 10.14309/ajg.0000000000001538 

  5. WebMD. Gastroesophageal Reflux Disease (GERD). Diakses melalui: https://www.webmd.com/heartburn-gerd/reflux-disease-gerd-1 

  6. Cleveland Clinic. Acid Reflux & GERD. Diakses melalui: https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/17019-acid-reflux-gerd 

  7. MSD Manual. Medications for the Treatment of Stomach Acid. Diakses melalui: https://www.msdmanuals.com/home/digestive-disorders/gastritis-and-peptic-ulcer-disease/medications-for-the-treatment-of-stomach-acid




bottom of page