Kolesterol tinggi atau dalam istilah medis disebut dengan hiperlipidemia, merupakan suatu kondisi klinis yang ditandai dengan meningkatnya kadar lemak atau lipid di dalam darah berada di atas batas normal. Hiperlipidemia dikenal sebagai salah satu faktor risiko yang dapat mendorong terjadinya berbagai komplikasi seperti serangan jantung dan stroke yang termasuk ke dalam daftar penyebab kematian tertinggi di dunia. Berdasarkan data yang dikemukakan oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di Amerika Serikat, lebih dari 12% orang berusia 20 tahun ke atas memiliki nilai kolesterol total yang tinggi. Hal ini tentu perlu mendapat perhatian agar masyarakat lebih waspada akan bahaya kolesterol yang tinggi serta bagaimana pengobatannya.
Apa Kaitan Kolesterol dan Hiperlipidemia?
Kolesterol merupakan senyawa lemak kompleks yang diproduksi oleh organ hati. Kolesterol pada dasarnya diperlukan oleh tubuh karena berperan dalam berbagai fungsi penting, antara lain pembentukan membran sel, sintesis vitamin D, dan produksi beberapa jenis hormon. Karena sifatnya yang berbasis lemak, kolesterol tidak dapat dilarutkan dalam aliran darah. Oleh karena itu, pada tahapan distribusinya, kolesterol membutuhkan bantuan partikel lipoprotein untuk dapat mengedarkannya ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah.
Secara umum, kolesterol yang beredar dalam bentuk lipoprotein dibedakan menjadi dua jenis, yaitu low-density lipoprotein (LDL) dan high-density lipoprotein (HDL). LDL seringkali disebut sebagai kolesterol jahat, karena kelebihan LDL di dalam tubuh dapat memicu terjadinya penumpukan lemak (plak) di dinding pembuluh darah yang menyebabkan sumbatan, sehingga meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung koroner dan stroke. Sementara itu, HDL dikenal juga sebagai kolesterol baik karena HDL bertugas membawa kelebihan kolesterol di jaringan tubuh ke organ hati untuk dibuang.
Gejala Hiperlipidemia
Kondisi hiperlipidemia umumnya tidak menimbulkan gejala yang berarti. Beberapa orang dengan kolesterol tinggi mengeluhkan adanya gejala seperti kaku leher, namun gejala ini tidak selalu dialami oleh penderita lainnya. Satu-satunya cara untuk mendeteksinya adalah melalui pemeriksaan darah. Seseorang dinyatakan mempunyai kadar kolesterol normal bila dari hasil pemeriksaan darah, kadar kolesterol total <200 mg/dl, kadar kolesterol LDL optimal <100 mg/dl, kadar kolesterol HDL tinggi ≥60 mg/dl dan kadar trigliserida <150 mg/dl. Kadar kolesterol total, kolesterol LDL dan trigliserida dinyatakan tinggi (abnormal) apabila kadarnya berada di atas angka normal tersebut.
Pemeriksaan kadar kolesterol sebaiknya dilakukan rutin, terlebih apabila seseorang memiliki faktor riwayat keluarga dengan kolesterol tinggi dan adanya beberapa faktor risiko lain seperti tekanan darah tinggi, kelebihan berat badan, penyakit gula/diabetes, dan riwayat kebiasaan merokok.
Bahaya Komplikasi Hiperlipidemia
Seperti yang sudah disebutkan di atas, gejala kolesterol tinggi umumnya tidak bisa terdeteksi, namun dalam jangka panjang, kolesterol tinggi yang tidak ditangani memiliki kemungkinan komplikasi yang serius, berikut tiga di antaranya dengan angka kejadian tertinggi:
1. Penyakit Jantung Koroner
Penyakit jantung koroner adalah kondisi di mana pembuluh darah jantung (arteri koroner) tersumbat akibat penumpukan kolesterol yang membentuk plak. Beberapa gejala yang paling umum dari penyakit jantung koroner yang perlu diwaspadai antara lain nyeri dada (angina), sakit kepala, nyeri leher, mual, kelelahan, sesak napas. Seiring pertambahan plak yang menyumbat pembuluh darah koroner, gejala yang ditimbulkan juga semakin berat, dan umumnya menandai kejadian serangan jantung. Jika ini terjadi, maka penanganan harus dilakukan dengan sesegera mungkin.
2. Stroke
Penumpukan plak akibat kolesterol tinggi bisa menyebabkan tersumbatnya suplai darah ke otak. Kondisi inilah yang disebut dengan stroke. Sama seperti serangan jantung, stroke juga membutuhkan penanganan cepat. Gejala stroke yang perlu diwaspadai antara lain kehilangan koordinasi atau keseimbangan tubuh secara tiba-tiba, pusing atau sakit kepala yang datang secara tiba-tiba, wajah asimetris (salah satu sisinya terkulai), tidak mampu menggerakkan salah satu sisi tubuh, kebingungan, tidak bisa berbicara dengan jelas, mati rasa pada wajah, tangan, dan kaki, khususnya pada salah satu sisi tubuh, penglihatan kabur atau ganda.
3. Penyakit Pembuluh Darah Perifer
Penyakit ini terjadi ketika plak menumpuk di dinding pembuluh darah perifer, yaitu pembuluh darah yang letaknya jauh dari jantung, misalnya di kaki. Hal tersebut menyebabkan aliran darah ke kaki tersumbat. Gejala penyakit arteri perifer yang perlu diwaspadai di antaranya kram, nyeri di kaki saat sedang beraktivitas atau olahraga, kelelahan, rasa tidak nyaman pada kaki.
Cara Mencegah Hiperlipidemia
Meskipun kolesterol secara alami diproduksi di organ hati, namun gaya hidup tidak sehat ikut memicu terjadinya hiperlipidemia. Nah, bagaimana caranya mencegah kolesterol tinggi dalam tubuh kita? Berikut beberapa tips yang dapat dilakukan:
1. Terapkan pola makan bergizi seimbang
Menjaga pola makan bergizi seimbang penting untuk menurunkan kadar kolesterol jahat LDL sekaligus meningkatkan kadar HDL (kolesterol baik). Hindari makanan yang tinggi kandungan lemak jenuh, lemak trans dan perbanyak konsumsi buah-buahan, sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan, dan ikan.
2. Rutin berolahraga
Aktivitas fisik penting untuk dilakukan setiap hari agar badan tetap bugar dan elastisitas pembuluh darah terjaga. Aktivitas fisik yang disarankan meliputi program latihan yang mencakup setidaknya 30 menit aktivitas fisik dengan intensitas sedang 4-6 kali seminggu. Kegiatan yang disarankan meliputi jalan cepat, bersepeda statis ataupun berenang.
3. Menjaga berat badan ideal
Pantau indeks massa tubuh dan lingkar pinggang untuk memastikan nilainya tetap berada di rentang ideal.
4. Berhenti merokok
Merokok berisiko memaparkan tubuh pada berbagai substansi berbahaya yang juga dapat memperburuk penumpukan plak di pembuluh darah. Hindari kebiasaan buruk ini dan ajak orang terdekat yang masih memiliki kebiasaan ini untuk berhenti dan menggantinya dengan kebiasaan yang lebih sehat.
5. Rutin memeriksa kadar kolesterol setidaknya sekali setahun
Cara paling tepat untuk memantau kadar kolesterol di dalam tubuh adalah dengan melakukan pemeriksaan profil kolesterol secara rutin.
Referensi:
1. Pedoman pengelolaan dislipidemia di Indonesia 2019. PERKENI. https://pbperkeni.or.id/wp-content/uploads/2019/12/Panduan-pengelolaan-dislipidemia-2019.pdf
Comments