Kulit adalah organ terbesar yang dimiliki manusia. Sebanding dengan ukurannya yang besar, kulit juga memiliki tugas yang tak kalah besar. Kulit merupakan organ yang melapisi seluruh bagian tubuh kita, termasuk bagian rambut dan kuku, serta bertanggung jawab untuk menjaga suhu tubuh, mencegah dehidrasi, juga sebagai pertahanan dari kuman jahat yang akan menginfeksi tubuh.
Sebagai organ yang berada paling luar, setiap harinya kulit kita akan mengalami kontak dengan berbagai zat maupun organisme yang berada di lingkungan sekitar. Dampaknya, tak jarang kulit kita mengalami masalah, mulai dari kulit kering, iritasi, infeksi, sampai dengan peradangan (inflamasi). Kebanyakan orang tidak langsung pergi ke dokter saat mengalami permasalahan di kulit, terlebih jika masalah tersebut dirasa relatif ringan. Beberapa dari kita akan memilih pengobatan mandiri atau swamedikasi. Hal tersebut memang menjadi hal yang lumrah untuk dilakukan untuk mengatasi berbagai keluhan pada kulit.
Namun, melakukan swamedikasi pada gangguan kulit ternyata tidak boleh sembarangan! Alih-alih sembuh, jika kita salah memilih obat, gangguan pada kulit bisa semakin parah. Berikut adalah beberapa tips untuk melakukan pengobatan mandiri (swamedikasi) pada berbagai kasus permasalahan kulit:
1. Berusaha mengidentifikasi kemungkinan penyebabnya
Prinsip utama dari swamedikasi adalah penggunaan obat oleh seseorang untuk suatu gangguan yang relatif ringan dan dapat dikenali secara mandiri. Agar tidak asal mengobati, pertama-tama yang harus dilakukan saat mengalami gangguan pada kulit adalah mengidentifikasi kemungkinan penyebabnya. Penyebab gangguan pada kulit bisa beragam, seperti reaksi alergi, infeksi, gigitan hewan, maupun peradangan. Sebuah survei menyebutkan bahwa masalah kulit yang paling umum diobati secara mandiri adalah jerawat, infeksi jamur, ketombe, serta kasus-kasus alergi dan dermatitis kontak (peradangan kulit yang disebabkan karena iritasi atau kontak dengan zat tertentu). Mengidentifikasi kemungkinan penyebab dapat membantu kita memilih obat yang tepat. .
2. Jangan sembarangan menggunakan produk dengan kandungan corticosteroid
Sesuai dengan jenis masalah kulit yang sering diobati secara mandiri, penelitian menunjukkan obat topikal (oles) yang sering digunakan secara mandiri dalam penanganan masalah pada kulit adalah obat antijerawat, obat antijamur, serta obat dengan kandungan corticosteroid. Corticosteroid bekerja dengan menekan proses peradangan atau inflamasi yang terjadi pada kulit. Corticosteroid dapat digunakan pada kasus-kasus yang melibatkan reaksi alergi, dermatitis kontak, atau reaksi peradangan kulit lainnya. Contoh kandungan corticosteroid adalah hydrocortisone (potensi rendah, digunakan untuk peradangan ringan), dexamethasone, betamethasone, atau desoximetasone (potensi tinggi, digunakan untuk peradangan berat). Jenis corticosteroid yang dapat digunakan secara mandiri tanpa resep dokter hanya corticosteroid ringan seperti salep hydrocortisone 1%. Obat ini termasuk ke dalam obat wajib apotek, yang walaupun dapat dibeli tanpa resep dokter, namun penggunaannya harus dikonsultasikan dengan apoteker yang bertanggung jawab di apotek. Penggunaan corticosteroid untuk kasus peradangan kulit yang lebih berat harus didasarkan pada pertimbangan klinis dokter.
3. Tidak semua infeksi jamur boleh diobati secara mandiri
Jamur merupakan organisme yang tersebar luas di lingkungan sekitar kita. Inilah sebabnya kejadian infeksi jamur pada kulit juga merupakan hal yang cukup sering dijumpai. Jamur sangat menyukai area yang lembab dan hangat seperti lipatan-lipatan kulit, sela-sela jari, kuku, mulut, serta area sekitar selangkangan dan genitalia. Cara sederhana mengenali infeksi jamur pada kulit adalah bercak kemerahan yang umumnya berbentuk bulat dengan tepi yang menonjol, dan terasa lebih gatal pada saat berkeringat. Banyak orang mengobati infeksi jamur dengan krim atau losion antijamur yang dapat dibeli tanpa resep di apotek. Namun, kita harus mengetahui kapan infeksi jamur boleh diobati secara mandiri dan kapan kita harus berkonsultasi dengan dokter ataupun tenaga kesehatan. Jenis infeksi yang harus dikonsultasikan ke dokter ialah infeksi jamur yang terjadi di area mulut, vagina, kuku, kulit kepala, atau janggut, infeksi jamur yang berat dan melibatkan area yang luas, infeksi jamur yang terjadi berulang, infeksi jamur yang tidak kunjung membaik dengan swamedikasi, infeksi jamur terjadi pada bayi, serta infeksi jamur yang disertai gejala lain seperti demam.
4. Wanita hamil tidak boleh sembarangan menggunakan obat sekalipun obat oles (topikal)
Sebagian orang mengira bahwa obat yang digunakan dengan jalur pemakaian topikal (oles) hanya akan bekerja lokal atau di area tempat pengolesan saja, padahal tidak semuanya demikian. Terdapat obat topikal yang penyerapannya dapat mencapai ke sirkulasi sistemik (seluruh tubuh). Oleh karena itu pada kelompok tertentu seperti ibu hamil dan menyusui, obat-obat tersebut harus digunakan secara hati-hati. Ibu hamil sebaiknya berkonsultasi dengan dokter jika mengalami masalah kulit di masa kehamilannya.
5. Jerawat merupakan masalah kulit yang kompleks dan tidak selalu dapat diatasi secara mandiri
Jerawat merupakan salah satu masalah kulit tersering yang dihadapi oleh banyak orang, baik pria maupun wanita, pada berbagai rentang usia. Dampak dari adanya jerawat yang dirasa mengganggu estetika dan penampilan menyebabkan banyak orang berusaha mengobati jerawat secara mandiri dengan berbagai produk yang beredar di pasaran. Salah satu tantangan dalam pengobatan jerawat adalah penyebabnya yang multifaktorial, dan pada sebagian kasus, pengobatan mandiri mungkin tidak banyak membantu. Jika jerawat yang dialami dirasa sangat mengganggu dan tidak merespons penggunaan produk antijerawat yang dapat digunakan secara mandiri, ada baiknya berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang lebih tepat.
6. Nutrisi dan hidrasi yang baik sangat penting untuk kesehatan kulit
Tidak melulu soal obat yang digunakan, asupan nutrisi dan cairan yang cukup memegang peran yang sangat penting dalam menjaga kesehatan kulit. Dengan menjaga kualitas nutrisi dan kecukupan cairan, kita bisa membantu kulit dalam menjalankan tugasnya dengan optimal serta membantu memperlancar proses penyembuhan jika terjadi masalah. Saat ini kesadaran akan pentingnya memiliki skin barrier yang sehat sangat sering digaungkan. Skin barrier adalah lapisan luar kulit yang tersusun atas sel-sel serta komponen lemak yang bertugas untuk menjaga kelembapan dan mencegah berbagai iritan dan kuman untuk masuk dan menginfeksi kulit serta struktur di dalamnya. Menjaga kekuatan skin barrier dapat dilakukan dari luar, menggunakan produk perawatan yang fokus pada perbaikan skin barrier, serta dari dalam, dengan memastikan kecukupan hidrasi dan nutrisi yang baik untuk tubuh.
Demikian beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika ingin mengobati masalah kulit secara mandiri (swamedikasi). Apabila permasalahan kulit yang dialami dirasa berat atau tidak kunjung membaik dengan usaha swamedikasi, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang lebih lanjut.
Referensi:
1.Skin. (cited 8 Jun 2022). Available from: https://my.clevelandclinic.org/health/articles/10978-skin
2.Corrêa-Fissmer M,et al. Prevalence of self-medication for skin diseases: a systematic review. An Bras Dermatol. 2014;89(4):625-30.
3.Pandya P & Pandya I. Prevalence and patterns of self-medication for skin diseases among medical undergraduate students. Int J Res Dermatol. 2018 May;4(2):162-7
4.Topical corticosteroid. (cited 8 Jun 2022). Available from: https://www.medicinenet.com/corticosteroids-topical/article.htm#what_are_topical_corticosteroids
5.Soumah MM, et al. The practice of self-medication for skin diseases in the department of dermatology-STD, University Hospital of Conakry, Guinea. J Dermatolog Forecast. 2018; 1(2): 1009
6.Hoffman, Matthew. Picture of the skin human anatomy. 2021. (cited 8 Jun 2022). Available from: https://www.webmd.com/skin-problems-and-treatments/picture-of-the-skin
7.What to know about your skin barrier and how to protect it. (cited 8 Jun 2022). Available from:https://www.healthline.com/health/skin-barrier#what-is-it
MPL/OGB/019/V/2022
Comentarios