top of page

Tips Meningkatkan Minat Makan pada Anak


Bagi orang tua yang memiliki anak balita, salah satu masalah yang sangat mungkin dihadapi adalah anak sulit makan. Masyarakat di Indonesia sangat akrab dengan istilah gerakan tutup mulut (GTM) yang kerap menjadi momok yang memusingkan bagi para orang tua. Gerakan tutup mulut sendiri sebenarnya bukanlah suatu istilah medis, tetapi merupakan istilah populer yang menunjukkan penolakan anak terhadap aktivitas makan. Mulai dari menolak berbagai jenis makanan, menyemburkan makanan, hingga menutup mulut rapat-rapat.


Sebanyak 50-60% orang tua melaporkan bahwa anak mereka mengalami masalah makan. Namun setelah dievaluasi lebih lanjut, ternyata anak yang memang memiliki masalah makan adalah 20-30%, dan sebanyak 1-2% mengalami masalah makan yang serius dan berkepanjangan. Mengingat peran penting nutrisi pada kesehatan anak secara keseluruhan, apabila GTM terjadi secara berkepanjangan, bisa jadi akan berdampak buruk pada kualitas kesehatan anak, seperti terjadinya gangguan pertumbuhan dan lebih rentan terhadap infeksi.


Penyebab berkurangnya minat makan pada anak dapat bervariasi, mulai dari faktor makanan, lingkungan sekitar, sampai dengan kelainan anatomi atau adanya kondisi medis tertentu. Orang tua yang panik seringkali memaksa anak untuk makan dengan berbagai cara. Padahal di usia 1-3 tahun, anak relatif lebih rentan mengalami food neophobia yakni ketakutan untuk mencoba makanan baru, di mana hal ini merupakan fenomena yang relatif normal agar anak yang sedang bereksplorasi tidak mudah memasukkan berbagai benda yang mungkin bukan makanan ke dalam mulut. Melakukan segala cara untuk memaksa anak makan seringkali tidak menyelesaikan, malah dapat memperburuk masalah, karena anak semakin tidak menemukan perasaan senang saat waktu makan tiba. Oleh karena itu, orang tua perlu memahami strategi yang tepat untuk membantu meningkatkan minat makan anak, serta tanda-tanda bahaya (red flags) yang menunjukkan kemungkinan adanya masalah makan yang perlu segera ditangani.


Pentingnya memahami feeding rules yang tepat untuk mengoptimalkan pemberian makan pada anak


Sebuah penelitian yang dilakukan di Jakarta pada tahun 2011 menunjukkan bahwa 30% masalah makan pada anak usia 1-3 tahun disebabkan oleh inappropriate feeding practice. Inappropriate feeding practice didefinisikan sebagai perilaku makan yang salah, yaitu tidak mengikuti feeding rules atau pemberian makanan yang tidak sesuai usia. Orang tua seringkali tidak menyadari bahwa praktik pemberian makan yang dilakukan sejak anak mulai mendapatkan makanan pendamping ASI (MPASI) tidak sesuai dengan aturan makan (feeding rules) yang benar, dan praktik ini terus berlanjut sampai akhirnya terjadi masalah makan pada anak.

Secara umum, inappropriate feeding practice disebabkan karena kurangnya pengetahuan orangtua mengenai empat aspek cara pemberian makan yang benar, yaitu (1) tepat waktu, (2) kuantitas dan kualitas makanan, (3) penyiapan dan penyajian yang higienis, serta (4) pemberian makan yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak dengan menerapkan aturan pemberian makan (feeding rules). Setiap orang tua perlu membekali diri dengan pengetahuan mengenai feeding rules yang tepat agar mampu membantu anak untuk memiliki kebiasaan makan yang baik. Berikut adalah feeding rules sesuai dengan rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI):


Selain menerapkan beberapa langkah di atas, orang tua juga harus memperhatikan makanan yang dikonsumsi oleh anak, baik dari aspek kuantitas maupun kualitas, sesuai dengan usia dan tahap perkembangan anak. Orang tua dapat berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan saran yang tepat untuk pemenuhan nutrisi pada anak, termasuk terkait pemberian suplemen apabila dibutuhkan (contoh: zat besi).


Kenali red flags (tanda bahaya) adanya masalah makan pada anak!


Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, hanya separuh dari kasus laporan masalah makan dari orang tua yang betul-betul terbukti sebagai masalah makan. Akan tetapi, kurangnya edukasi dan pemahaman orang tua akan praktik makan yang benar, seringkali membuat orang tua mudah panik saat anak mulai menunjukkan penurunan minat makan. Dengan memahami feeding rules yang tepat dan menerapkannya secara konsisten, orang tua diharapkan dapat lebih tenang dalam mendampingi anak menumbuhkan kebiasaan makan yang baik.


Walaupun demikian, orang tua juga tidak boleh lupa untuk memastikan bahwa nutrisi yang diterima oleh anak telah sesuai untuk kebutuhan tumbuh kembangnya seiring dengan pertambahan usia. Status nutrisi untuk anak usia 1-3 tahun ditentukan berdasarkan kurva berat badan menurut panjang/tinggi badan dari WHO. Pemantauan status nutrisi dapat dilakukan pada saat pemeriksaan kesehatan rutin, jadwal imunisasi dengan dokter anak, atau di layanan kesehatan masyarakat lain seperti Posyandu. Apabila terdapat penyimpangan yang bermakna dari nilai standar yang sudah ditetapkan, orang tua dapat berkonsultasi dengan tenaga kesehatan seperti dokter anak maupun ahli gizi, agar permasalahan yang terjadi dapat ditangani.


Selain status nutrisi, terdapat juga beberapa red flags (tanda bahaya) yang mungkin mengindikasikan adanya masalah medis yang mendasari masalah makan, seperti muntah atau regurgitasi (aliran balik isi lambung) berulang, diare berkepanjangan, diare berulang, BAB berdarah, batuk lebih dari 2 minggu atau batuk lebih dari 3 episode dalam kurun waktu 3 bulan, tampak kesakitan/menangis/menungging saat diberi makan, pucat, demam yang tidak diketahui penyebabnya selama 2 minggu, atau sesak saat minum. Apabila orang tua mendapati tanda-tanda ini pada anak, dianjurkan untuk segera berkonsultasi dengan dokter sehingga dapat dilakukan penanganan yang lebih tepat.


Referensi:

1. IDAI. Gerakan tutup mulut pada batita. (cited 30 Jun 22). Available from: https://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/gerakan-tutup-mulut-gtm-pada-batita.

2. Aman F, Massod S. How nutrition can help to fight against COVID-19 pandemic. Pak J Med Sci 2020;36:121-123.

3. Handayani FP. Wajib tahu! Ini penyebab dan dan mengatasi anak GTM ala dokter Meta Hanindita. (cited 30 Jun 22). Available from: https://id.theasianparent.com/gtm-pada-anak.

4. IDAI. Pendekatan diagnosis dan tatalaksana masalah makan pada batita di Indonesia. (cited 30 Jun 22). Available from: https://spesialis1.ika.fk.unair.ac.id/wp-content/uploads/2017/03/Rekomendasi-Pendekatan-Diagnosis-dan-Tata-Laksana-Masalah-Makan-Pada-Batita.pdf

5. Bernard-Bonnin AC. Feeding problems of infants and toddlers. Can Fam Physician 2006;52(10):1247-1251.

6. Chatoor I. Feeding disorders in infants and toddlers: diagnosis and treatment. Child Adolesc Psychiatr Clin N Am 2002;11(2):163-183

7. Birch LL, Gunder L, Grimm-Thomas K, Laing DG. Infants' consumption of a new food enhances acceptance of similar foods. Appetite 1998;30(3):283-295.



MPL/OGB/025/VI/2022

152 tampilan
bottom of page