Salah satu hal yang banyak dilakukan orang pada saat memasuki tahun yang baru adalah menyusun resolusi kesehatan. Rajin berolahraga, mencapai berat badan ideal, berhenti merokok, dan makan makanan sehat adalah beberapa resolusi kesehatan yang sering direncanakan. Sayangnya, berbagai resolusi kesehatan tersebut, belum banyak yang menaruh perhatian pada kesehatan mental. Padahal kesehatan mental tidak kalah pentingnya dari kesehatan fisik untuk memberikan kualitas hidup yang baik bagi seseorang.
WHO mendefinisikan kesehatan mental sebagai kondisi di mana seorang individu mencapai level kesejahteraan (well-beingness) yang memungkinkan dirinya menyadari potensinya, mampu mengatasi berbagai tekanan yang normal dalam keseharian, dapat bekerja dengan produktif, dan mampu berkontribusi terhadap lingkungan di sekitarnya. Pengertian ini menggambarkan bahwa sehat secara mental bukan hanya sekedar kondisi terbebas dari penyakit atau gangguan mental, namun jauh lebih dari itu, kesehatan mental merepresentasikan kesejahteraan emosional, psikologis, serta sosial dari seseorang. Oleh karena itu kesehatan mental memegang peran fundamental tidak hanya di level individu, melainkan juga untuk komunitas yang lebih besar.
Kurangnya kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan mental membuat berbagai gangguan mental menjadi kurang tampak di permukaan, dan mereka yang mengalaminya pun terhambat dalam mendapatkan pertolongan yang tepat. Belum lagi stigma yang melekat pada berbagai jenis gangguan mental yang membuat orang enggan untuk mencari bantuan. Terlebih dalam masa pandemi Covid-19 yang belum kunjung usai ini, tingkat stres yang dihadapi oleh masyarakat meningkat dengan signifikan. Hal ini tentu berdampak pada peningkatan kasus gangguan mental yang terjadi di masyarakat. Artikel ini akan membahas secara singkat mengenai stres dan pengaruhnya terhadap kesehatan mental sehingga diharapkan mampu meningkatkan kesadaran akan pentingnya mengelola stres untuk mencapai kesehatan mental yang lebih baik.
Yuk, kenali dulu apa itu stres dan dampaknya bagi tubuh!
Semua hal, baik yang berasal dari dalam maupun luar tubuh, yang dapat menimbulkan perubahan yang berdampak pada fisik, mental, dan emosional dapat disebut sebagai stres. Setiap saat tubuh kita berisiko untuk berhadapan dengan berbagai jenis stres. Namun perlu diketahui, tubuh kita sebenarnya telah dibekali dengan strategi untuk menghadapi stres pada kadar tertentu, yang dikenal dengan sebutan respons stres (stress response). Stress response pada dasarnya bertujuan untuk menghindarkan kita dari sesuatu yang terdeteksi sebagai ancaman, dan menjadi bagian penting dari keberlangsungan hidup manusia.
Saat seseorang berhadapan dengan situasi yang dipersepsikan sebagai suatu ancaman/bahaya, maka tubuh akan mengeluarkan reaksi yang dikenal sebagai “fight-or-flight response”. Sesuai namanya, respons ini akan membantu kita untuk memutuskan apakah kita akan menghadapi atau justru harus segera meninggalkan situasi tersebut. Respons ini bersifat subjektif dan individual, yang artinya bahwa suatu sumber stres dapat dipersepsikan secara berbeda antar seorang dengan orang lain. Contoh dari respons fight-or-flight adalah ketika seseorang berhadapan dengan seekor kecoa. Bagi sebagian orang, hal ini mungkin masih bisa diatasi, sehingga tubuhnya dapat memutuskan untuk mencari obat anti serangga atau sapu untuk mengusir kecoa tersebut (fight). Akan tetapi, sebagian orang merasa kecoa adalah hewan yang sangat menjijikan dan menakutkan sehingga langsung lari (flight) begitu melihatnya.
Tak hanya bersumber dari sesuatu yang bersifat fisik, stres pun dapat bersumber dari hal lain seperti beban pekerjaan yang menumpuk, konflik dalam hubungan, sampai dengan informasi yang simpang-siur mengenai suatu hal yang meresahkan seperti yang seringkali kita jumpai di masa pandemi Covid-19 ini.
Pada saat respons stres timbul, banyak bagian tubuh yang mengalami perubahan, salah satunya dapat diamati dari denyut jantung, laju napas, keringat yang mendadak bercucuran, dan lain sebagainya. Saat sumber stres hilang, tubuh juga memiliki kemampuan untuk mengembalikan kondisi seperti semula. Masalah akan mulai timbul jika stres terjadi secara berkepanjangan dan melebihi kemampuan tubuh untuk mengatasinya. Stres yang dibiarkan berlangsung terus-menerus dapat membawa dampak buruk baik bagi kesehatan fisik (peningkatan risiko berbagai jenis penyakit), maupun bagi kesehatan mental.
Apa yang dapat kita lakukan untuk mengelola stres dengan baik?
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, stres merupakan kondisi yang tidak dapat dihilangkan dari dinamika hidup manusia. Namun, terdapat beberapa tips yang dapat dilakukan untuk mengelola stres dan menjaga kesehatan mental dengan lebih baik, antara lain:
1. Mempelajari berbagai teknik relaksasi (contoh: yoga atau meditasi)
2. Berolahraga teratur
3. Menjaga pola makan bergizi seimbang
4. Menyempatkan waktu untuk menjalani hobi dan bersosialisasi
5. Istirahat cukup
6. Hindari godaan rokok, alkohol, maupun obat-obatan di saat mengalami tekanan karena hal ini akan memperburuk kondisi tubuh.
Mari wujudkan resolusi kesehatan fisik dan mental yang lebih baik di tahun yang baru!
Demikian informasi singkat yang harapannya cukup memberi gambaran mengenai pentingnya menjaga kesehatan mental. Anda bisa memberikan informasi ini kepada orang terdekat yang sekiranya membutuhkan. Semoga kita bisa menjalani tahun yang baru ini dengan kualitas kesehatan fisik dan mental yang prima. Salam sehat!
Referensi:
1. WHO. Mental health: strengthening our response. (cited on Feb 15th, 2022). Available from: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/mental-health-strengthening-our-response
2. Yaribeygi H, et al. The impact of stress on body function: A review. EXCLI J. 2017;16:1057–72.
3. Understanding the stress response. (cited on Jan 8th, 2021). Available from: https://www.health.harvard.edu/staying-healthy/understanding-the-stress-response
4. How to manage and reduce stress. (cited on Jan 8th, 2021). Available from: https://www.mentalhealth.org.uk/publications/how-manage-and-reduce-stress
MPL/OGB/001/II/2022
Comments