top of page

Penatalaksanaan Kombinasi Diabetes dan Hipertensi


Hipertensi atau tekanan darah tinggi sering terjadi bersamaan dengan diabetes melitus (penyakit gula darah tinggi). Sekitar 20-60% pasien diabetes juga terdiagnosis dengan hipertensi. Seseorang dikatakan menderita hipertensi apabila memiliki nilai tekanan darah yang menetap di atas atau sama dengan 140/90 mmHg. Baik hipertensi dan diabetes melitus tipe 2 adalah 2 dari 5 parameter penentu adanya sindrom metabolik, selain lingkar pinggang di atas normal, kadar HDL yang rendah, dan kadar trigliserida yang tinggi.


Hipertensi dan diabetes memiliki penyebab mendasar yang mirip, sehingga keduanya memiliki beberapa kesamaan faktor risiko. Kedua kondisi ini juga memiliki risiko komplikasi yang sama. Komplikasi diabetes dan hipertensi terjadi akibat kerusakan pada pembuluh darah besar (komplikasi makrovaskular, contoh: stroke, serangan jantung) maupun kecil (komplikasi mikrovaskular, contoh: retinopati/kerusakan organ mata, nefropati/kerusakan ginjal, dan neuropati/kerusakan saraf). Oleh karena itu, seseorang yang mengalami kedua kondisi ini secara bersamaan harus memperhatikan aspek-aspek penting dalam pengelolaan gaya hidup dan terapi obat-obatan agar dapat meminimalisasi komplikasi yang mungkin ditimbulkan oleh kedua kondisi tersebut.


Mengenal Komplikasi Penyakit Hipertensi dan Diabetes

Tekanan darah tinggi atau hipertensi dapat menyebabkan banyak komplikasi, terlebih jika orang yang sama juga menderita penyakit gula darah tinggi atau diabetes. Berikut adalah penjelasan mengenai beberapa komplikasi yang mungkin timbul dari kedua penyakit tersebut:


1. Penyakit jantung

Hipertensi menyebabkan perubahan pada struktur jantung dan pembuluh darah. Perubahan pada struktur jantung terjadi akibat kerja jantung yang dipaksakan untuk memompa darah dengan tahanan pembuluh darah yang tinggi secara terus menerus.. Dengan kata lain, kinerja jantung menjadi lebih berat, dalam jangka panjang dapat terjadi perbesaran pada strukur jantung, dan berakhir dengan kondisi gagal jantung (heart failure). Di sisi lain, kadar gula yang tinggi pada kondisi diabetes menyebabkan pengerasan atau kekakuan pembuluh darah, atau yang sering dikenal dengan kondisi aterosklerosis. Ateroslerosis adalah faktor utama penyebab penyakit jantung koroner dan serangan jantung.


2. Kebutaan

Kerusakan yang timbul pada pembuluh darah kecil (mikrovaskular) yang disebabkan oleh diabetes maupun hipertensi dapat menimbulkan gangguan penglihatan dan memicu kerusakan pada pembuluh darah mata yang menyuplai darah ke retina. Dalam jangka panjang, hal ini dapat berdampak pada terjadinya gangguan penglihatan akibat kurangnya asupan nutrisi dan kerusakan saraf di sekitar retina. Pada kondisi yang berat tidak menutup kemungkinan dapat menimbulkan kebutaan.


3. Stroke

Komplikasi hipertensi dan diabetes yang cukup sering ditemui adalah stroke. Kejadian ini dapat disebabkan karena adanya sumbatan pada aliran darah yang menuju ke otak (stroke iskemik), atau pecahnya pembuluh darah yang ada di otak (stroke hemoragik). 85% kasus stroke adalah stroke iskemik. Penyebabnya adalah penyempitan atau sumbatan pembuluh darah yang bertugas membawa darah ke otak.


4. Penyakit ginjal kronis

Komplikasi hipertensi lainnya adalah penyakit ginjal. Tekanan darah tinggi adalah salah satu penyebab utama gagal ginjal kronis, yang pada tahap terberatnya akan membutuhkan pengobatan berupa hemodialisis atau cuci darah. Ginjal bertugas menyaring berbagai substansi di dalam darah, dan ketika pembuluh darah kecil pada ginjal mengalami kerusakan akibat hipertensi atau diabetes, maka tubuh menjadi tidak bisa membuang sisa metabolisme dalam bentuk cairan melalui urin. Hal tersebut memulai terjadinya kondisi gagal ginjal kronis.


Berapa Target Tekanan Darah pada Orang dengan Diabetes?

Penderita diabetes harus memulai terapi dengan obat antihipertensi saat tekanan darahnya menunjukkan nilai di atas atau sama dengan 140/90 mmHg, bersama dengan modifikasi gaya hidup. Target tekanan darah yang diharapkan pada penderita diabetes dengan hipertensi dewasa adalah mencapai tekanan darah sistolik 120-130 mmHg dan tekanan darah diastolik 70-79 mmHg. Mengapa nilai tekanan darah harus mendekati normal yakni 120/80 mmHg? Tujuannya adalah untuk menghindari risiko kerusakan pembuluh darah besar maupun kecil yang dapat menimbulkan berbagai permulaan komplikasi seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya.


Pemilihan obat antihipertensi pada dasarnya sangat bervariasi dan bergantung pada kondisi klinis yang dimiliki pasien, termasuk jika pasien tersebut juga menderita diabetes melitus. Dalam hal ini, kondisi klinis penyerta pada penderita hipertensi perlu dijadikan pertimbangan dalam pemilihan obat antihipertensi, apakah memiliki diabetes saja, atau disertai kondisi medis penyerta lainnya seperti gagal jantung, dan lain sebagainya. Pemilihan obat yang tepat diharapkan akan mampu membantu pasien mencapai tujuan terapi, yaitu pengendalian tekanan darah dan faktor risiko lain yang dapat menyebabkan terjadinya berbagai komplikasi jangka panjang.


Selain mengonsumsi obat-obatan yang diresepkan oleh dokter, pengelolaan gula darah maupun tekanan darah juga tidak boleh lepas dari penerapan gaya hidup sehat. Pastikan untuk selalu mengontrol berat badan, berolahraga teratur, membatasi asupan garam, berhenti merokok, dan menjaga pola makan bergizi seimbang. Kombinasi terapi obat dengan pola hidup yang sehat akan lebih memaksimalkan upaya dalam menghindari komplikasi akibat penyakit diabetes dan hipertensi.


Referensi:

3. De Boer IH, et al. Diabetes and Hypertension: A Position Statement by the American Diabetes Association. Diabetes Care 2017;40(9): 1273-1284.

4. Williams B, et al. 2018 ESC/ESH Guidelines for the management of arterial hypertension. European Heart Journal 2018;39:3021–104

5. Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi 2019. http://upload.inash.or.id/cdn/File/Update%20konsensus%202019.pdf

66 tampilan
bottom of page