top of page

Mengenal Jenis-jenis Kolesterol: Benarkah ada Kolesterol yang Jahat?


Tak dapat dipungkiri, kolesterol memiliki citra yang kurang baik di mata sebagian orang. Mendengar kata kolesterol saja, ada yang langsung membayangkan penyakit atau kondisi yang berbahaya. Selain itu, istilah kolesterol baik dan kolesterol jahat juga seringkali dimaknai secara kurang tepat oleh mereka yang mendengarnya. Faktanya, kolesterol adalah zat yang memiliki peranan yang amat penting dalam tubuh manusia. Tanpa kolesterol, tubuh tidak akan mampu melakukan banyak fungsi penting seperti menjaga integritas membran sel, serta memproduksi substansi yang vital untuk fungsi fisiologis tubuh seperti hormon steroid, cairan empedu (bile acid), dan vitamin D. Namun pada kondisi tertentu, kolesterol juga dapat menimbulkan masalah kesehatan yang serius. Tulisan ini akan membahas mengenai jenis-jenis kolesterol secara umum yang penting untuk dipahami berikut fungsinya di dalam tubuh serta kadar yang diharapkan, agar berbagai fungsi penting di dalam tubuh dapat berjalan dengan optimal dan dampak buruk yang tidak diinginkan pun dapat dicegah.


Low-density lipoprotein (LDL)

Sebagian besar kolesterol yang beredar di dalam darah dihasilkan oleh organ hati/lever dan diedarkan ke seluruh tubuh dalam bentuk kompleks lipid dan protein (lipoprotein). Salah satu jenis kolesterol yang terdapat di dalam tubuh adalah low-density lipoprotein (LDL). Secara umum, LDL bertugas untuk membawa kolesterol yang diproduksi di lever untuk bisa mencapai sel-sel di seluruh tubuh sesuai dengan kebutuhan. Tugas inilah yang kemudian menyebabkan LDL sering mendapat julukan sebagai “kolesterol jahat”, karena apabila kadar LDL di dalam tubuh lebih tinggi dari yang diperlukan, maka LDL akan lebih mudah untuk membentuk deposit di dinding pembuluh darah. Hal ini akan menjadi awal dari terjadinya aterosklerosis yang diikuti dengan berbagai kejadian kardiovaskular.


Berdasarkan panduan pengelolaan dislipidemia di Indonesia tahun 2021 yang dikeluarkan oleh Perkeni, kadar LDL yang dapat disebut optimal adalah <100 mg/dl. Akan tetapi, pada kondisi tertentu, khususnya yang berkaitan dengan risiko penyakit kardiovaskular (PKV), dibutuhkan kadar LDL yang lebih rendah untuk mencegah kejadian kardiovaskular yang dapat mengancam jiwa. Kelompok dengan risiko ekstrim (contoh: memiliki riwayat PKV di usia muda) memiliki target LDL <55 mg/dl; sedangkan kelompok dengan risiko sangat tinggi (contoh: pasien gagal jantung, pasien diabetes melitus atau gagal ginjal kronis dengan satu atau lebih faktor risiko lainnya) memiliki target LDL <70 mg/dl. Oleh karena itu, sangat penting bagi setiap tenaga kesehatan untuk memahami stratifikasi risiko kardiovaskular untuk memastikan target LDL yang harus dicapai oleh setiap individu.


High-density lipoprotein (HDL)

Berbeda dengan LDL yang sering dijuluki sebagai kolesterol jahat, HDL sering dijuluki sebagai “kolesterol baik”, karena HDL memiliki tugas untuk mengangkut kelebihan kolesterol dari seluruh tubuh kembali menuju lever untuk proses metabolisme dan eliminasi. Fungsi ini akan membantu tubuh mengendalikan risiko penyakit kardiovaskular. Untuk dapat melakukan tugasnya dengan baik, terdapat rentang optimal kadar HDL di dalam tubuh, yaitu 40-59 mg/dl.


Trigliserida

Trigliserida adalah jenis lemak yang merupakan cadangan energi yang berasal dari makanan. Seperti yang kita ketahui, makanan yang kita konsumsi mengandung sejumlah energi yang berasal dari komponen karbohidrat, lemak, dan protein. Sebagian energi digunakan oleh tubuh untuk melakukan berbagai aktivitas, namun kelebihan energi yang didapatkan akan disimpan sebagai cadangan energi dalam bentuk trigliserida. Trigliserida akan menyediakan cadangan energi jika sewaktu-waktu diperlukan oleh tubuh, namun jika berlebihan jumlahnya, maka trigliserida juga dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular di kemudian hari. Kadar trigliserida yang dapat disebut normal adalah <150 mg/dl. Kadar trigliserida yang sangat tinggi (contoh: ≥500 mg/dl) juga berpotensi menyebabkan gangguan seperti pankreatitis sehingga membutuhkan jenis obat khusus untuk dapat menurunkan kadarnya di dalam darah.


Bagaimana agar kadar kolesterol di dalam tubuh kita tidak menjadi “jahat”?

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, tampak jelas bahwa setiap jenis kolesterol sama-sama memiliki peran yang baik dan diperlukan tubuh untuk berbagai fungsi. Masalah akan timbul jika terjadi ketidakseimbangan kadar kolesterol di dalam tubuh, seperti kadar LDL dan trigliserida yang terlalu tinggi, dan/atau kadar HDL yang rendah. Maka kunci untuk terhindar dari masalah ini adalah menjaga kadar kolesterol tetap pada rentang nilai yang diharapkan.


Menjaga keseimbangan kadar kolesterol seringkali menjadi tantangan tersendiri karena membutuhkan upaya yang konsisten untuk menerapkan pola hidup sehat. Pedoman pengobatan dislipidemia telah merangkum jenis-jenis modifikasi gaya hidup yang telah terbukti secara ilmiah mampu menjaga dan memperbaiki profil lipid, termasuk di antaranya aktivitas fisik, terapi nutrisi medis (pengaturan pola makan), penurunan berat badan, dan berhenti merokok. Pemeriksaan kadar kolesterol secara berkala, terutama pada kelompok yang memiliki faktor risiko yang lebih tinggi, akan membantu memonitor keseimbangan kadar kolesterol di dalam tubuh. Mereka yang menderita diabetes atau penyakit kencing manis perlu memantau kadar kolesterol dengan lebih ketat mengingat pasien diabetes lebih rentan untuk mengalami abnormalitas kadar kolesterol di dalam darah yang berhubungan dengan gangguan kerja insulin.


Apabila seseorang terdiagnosis dengan dislipidemia, selain pendekatan berupa modifikasi gaya hidup di atas, upaya menurunkan kadar kolesterol juga dapat dibantu dengan terapi obat-obatan. Beberapa contoh obat penurun kolesterol yang sering diresepkan dokter bagi pasien dislipidemia antara lain obat golongan statin (contoh: rosuvastatin, atorvastatin, simvastatin); ezetimibe, fibrate (contoh: gemfibrozil, fenofibrate), dan bile acid sequestrant (contoh: cholestyramine, colestipol). Obat golongan statin bekerja dengan menghambat HMG-CoA reductase, suatu enzim yang berperan dalam sintesis kolesterol di lever. Statin direkomendasikan sebagai terapi lini pertama untuk mencapai penurunan LDL sesuai dengan target berdasarkan stratifikasi risiko kardiovaskular. Ezetimibe dapat ditambahkan pada terapi statin untuk mencapai penurunan yang lebih besar atau diberikan pada pasien yang tidak dapat menoleransi pemberian statin. Sementara itu, obat golongan fibrate direkomendasikan pada pasien dengan nilai trigliserida yang sangat tinggi atau jika dijumpai rasio trigliserida dan HDL yang tinggi.


Referensi:

1.Heart.org. HDL (Good), LDL (Bad) Cholesterol and Triglycerides. (cited 2022, Mar 7). Available from: https://www.heart.org/en/health-topics/cholesterol/hdl-good-ldl-bad-cholesterol-and-triglycerides

2.MedlinePlus. Cholesterol Levels: What You Need to Know. . (cited 2022, Mar 7). Available from: https://medlineplus.gov/cholesterollevelswhatyouneedtoknow.html

3.Cleveland Clinic. Triglycerides. (cited 2022, Mar 7). Available from: https://my.clevelandclinic.org/health/articles/11117-triglycerides

4.NCBI. Cholesterol, Triglycerides, and Associated Lipoproteins. (cited 2022, Mar 7). Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK351/

5.Zampelas A and Magriplis E. New Insights into Cholesterol Functions: A Friend or an Enemy? Nutrients. 2019;11(7):1645.

6.Pedoman pengelolaan dislipidemia di Indonesia 2021. PERKENI. (cited 2022, Mar 7). Available from:https://pbperkeni.or.id/wp-content/uploads/2022/02/23-11-21-Website-Panduan-Dislipidemia-2021-Ebook.pdf


MPL/OGB/009/III/2022


201 tampilan

Comments


bottom of page